C h a l w a n k a

Ethnic Music of Andes Mountain (South America)

Minggu, 01 Mei 2011

Selamat Datang di Blog Chalwanka



Chalwanka : Ethnic Music of Andes Mountain South America


Chalwanka adalah group musik ethnic dari pegunungan Andes, Amerika Selatan. Chalwanka berasal dari bahasa asli Suku Inca yaitu bahasa Quechua (Kechua) yang artinya "Ikan Batu". Pendiri Chalwanka adalah seorang musisi yang bernama Pacha Wilmer dari Peru. 

Dengan alat musik Zampoñas (Zamponyas) dan Quenas (Kenas). Beliau telah performance lebih dari 20 tahun ke beberapa negara di benua Eropa serta Asia. Dan selama 3 tahun terakhir berkarya di Indonesia. Pacha telah merilis 5 album original yang bisa dinikmati pendengar musik Indonesia. 

Sama halnya seperti Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang indah dan bernilai tinggi, Peru, pegunungan Andes juga memiliki kekayaan budaya yang sama. Ornamen-ornamen budaya yang unik dan indah juga disediakan Chalwanka demi memenuhi pengagum budaya.



Zampoñas (kiri) dan Quenas (kanan)


FaceBook (FB) Pacha di (silakan klik): Pacha Wilmer (wilmerleon500@yahoo.es)

FaceBook (FB) Fans (silakan klik): Chalwanka-Teers

Website: www.chalwanka.com 
(sayangnya Account Suspended)

Chalwanka di "telinga" seorang fans (silakan klik): Suara yang Menghanyutkan Itu...


 *  *   *   *   *   *   *   *   *   *  *


(silakan klik saja tulisan berwarna di bawah ini)


Foto-foto di blog ini diambil dari FaceBook Pacha Wilmer 
(siapa pun Anda, yang memotret dan merasa pemilik foto-foto ini, foto-foto ini 
tetap karya Anda, penulis hanya pinjam untuk dipajang di sini, 
tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih).


Ini bukan blog resmi Chalwanka, hanya buatan seorang Papa Dhika Revata, salah satu fans Chalwanka, agar fans Chalwanka lebih mudah mendapatkan info tentang Chalwanka. Blog ini didedikasikan untuk Pacha Chalwanka dengan musiknya yang inspiratif. Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini. Jangan lupa tinggalkan komentar ya?

Kamis, 21 April 2011

Satu Jam Lebih Dekat Bersama Pacha Chalwanka

Setelah dapat kabar dari FB bahwa Pacha akan tampil di Mal Paris van Java (PvJ) Bandung, Minggu, 01 Mei 2011 penulis (Hendry Filcozwei Jan) menyempatkan diri mampir ke sana. 
 
Penulis beli album Pacha bertitel Love Song yang berisi 13 lagu, lalu minta tanda tangan, dan tak lupa foto bersama. 

Untuk melengkapi blog yang penulis buat ini, penulis mewawancarai Pacha, sang pendiri Chalwanka untuk Anda semua. Tanpa alat rekam maupun catatan, berikut petikan wawancara dengan musisi asal Peru ini (seingat penulis saja, semoga tak ada yang keliru). Percakapannya mungkin tidak persis seperti itu, tapi yang terpenting inti pembicaraannya.

Selamat malam Mas Pacha...
Malam.

Saya Hendry yang kemarin mengirim pesan ke inbox. 
Oh ya, terima kasih. Maaf belum sempat balas.

Tidak apa, saya maklum. Mas Pacha, saya mau tanya-tanya sedikit. Boleh?
Silakan.

Chalwanka itu sebenarnya solo, duo, trio, atau....?
Chalwanka itu saya. Bisa duo seperti dulu bareng Yauri, atau bareng Gatot Alindo, trio bersama Lucho (Chili), Luis (Spanyol).

Mas Pacha sudah berapa lama di Indonesia? 
Sudah sekitar 4 tahun.

Wow, pantas bahasa Indonesia-nya sudah lancar. Apakah akan menetap selamanya di Indonesia dan jadi warga negara Indonesia?
Belum tau.

Mas Pacha menguasai banyak bahasa ya?
Bahasa Inggris, Spanyol, Portugis, Indonesia. Juga Jepang.

Sebelum di Indonesia, sudah perform di negara mana saja?
Di Brazil, Eropa (Italia, Spanyol,...), dan di Asia saya main di Jepang sebelum ke Indonesia. 

Saya mau beli album Mas Pacha, nanti saya minta tanda tangan dan foto bersama ya?
Oh, boleh saja.

Penulis beli album Love Song, lalu minta tanda tangan dan foto bersama. Maaf, saya harus siap-siap untuk perform.
Oke, silakan.

Penulis pun menikmati alunan suara tiupan zampoñas dan quenas yang eksotis. Mas Pacha membawakan beberapa lagu di antaranya: Everything I Do (I Do It For You) yang dipopulerkan oleh Bryan Adam, My Way, dan Imagine (The Beatles).

Ketika mulai perform, sekitar panggung yang semula sepi, mulai dipadati pengunjung. Banyak juga yang berkerumun di meja penjualan CD album Chalwanka yang dijaga 3 cewek cantik. Beberapa pengunjung juga membeli CD Chalwanka, minta tanda tangan, dan foto bersama.  Selain CD, ternyata juga ada macam-macam kerajinan khas dari Peru. Tampaknya Pacha memang ingin memperkenalkan budaya dari pegunungan Andes. Pacha layak disebut "duta budaya" Peru.

Suara zampoñas dan quenas, alat musik dari bambu ini memang begitu menghipnotis dan mudah diterima telinga pendengarnya. Banyak pengunjung yang kebetulan lewat langsung berhenti. Beberapa di antaranya malah minta CD Chalwanka yang berisi lagu yang sedang dimainkan Pacha. 

Sekedar info, tidak semua lagu yang dimainkan Pacha secara live ada di album. Ada yang memang belum direkam. Dan rencananya, dalam waktu dekat Mas Pacha akan rekaman album ke-6, Anda bisa mengusulkan lagu apa saja yang akan ditampilkan di album ke-6 ini dengan menuliskan pesan di Facebook.yang ingin lihat apa saja lagu yang sudah ada di ke-5 album Pacha, silakan klik: Album Musik Chalwanka

Penulis merekam aksi Pacha yang memainkan Right Here Waiting (Richard Marx) dan Everything I Do, I Do It For You (Bryan Adam) dan akan di-upload ke YouTube.

Selesai Mas Pacha perform, kami mengobrol lagi.

Mas Pacha online-nya selalu menjelang pagi ya? Saya lihat balasan atau update status FB-nya sekitar pukul 03.00 atau 04.00 dini hari.
Ya, biasanya begitu. Sempatnya cuma itu.

Jadwal minggu depan, akan tampil di mana?
Belum tau.

Biasanya Mas Pacha tampil 3 hari (Jumat, Sabtu, Minggu). Hari ini hanya 1 hari, Minggu saja?
Ya, hanya hari ini. 

Selain tampil dari mal ke mal, main di mana lagi?
Tergantung pesanan. Kemarin di-booking untuk pesta pernikahan.

Mas Pacha bayar atau dibayar untuk tampil di mal-mal?
Pihak perusahaan dan sponsor yang mengurusnya, saya tinggal main saja. 

Kerja sama saling menguntungkan ya?
Ya, Chalwanka diberi tempat untuk tampil dan bisa menjual produk Chalwanka dan mal juga diuntungkan karena pengunjung dapat hiburan.

Di kota mana saja Mas Pacha pernah tampil?
Di Jakarta, Tangerang, Depok, Bandung, dan Tasikmalaya. Nanti akan ke Surabaya.

Selain di pulau Jawa, Mas Pacha pernah ke pulau lain. Sumatera misalnya?
Saya pernah main di Palembang.

Mas Pacha sudah kerja sama dengan banyak musisi (duo, trio). Di Indonesia pernah kerja sama dengan musisi mana saja?
Pernah kolaborasi dengan D'Cinnamons dan group Ungu (wah Pacha ketemu Pasha nih...). Juga dengan Gatot Alindo, dan banyak lagi.

Saya dengar Mas Pacha akan rekaman untuk album ke-6. Materi lagunya sudah ada?  
Sedang dipersiapkan. Saya juga sedang menunggu usulan Chalwanka-Teers lagu apa saja yang akan dimasukkan di album ke-6 ini. 

Saya juga sudah mengajukan usulan 2 lagu: How Can I Tell Her About You (Lobo) dan When I Need You (Julio Iglesias).
Ya, saya sudah baca pesan Hendry. Lagu-lagu yang ada dalam album ini kata Mas Pacha sambil menunjuk album Love Song yang penulis beli, akan direkam ulang dengan format berbeda. Versi akustik. 

Oh ya, bagaimana mengucapkan terima kasih dalam bahasa Spanyol?
Gracias. Kalau terima kasih banyak, muchas gracias.

Oke Mas Pacha. Sudah malam, waktunya pulang. Sampai jumpa di lain kesempatan. Muchas gracias.
Sampai jumpa. Terima kasih...

Pacha sedang meniup zampoñas.

Pacha sedang meniup quenas (sejenis flute).

Pacha sedang meniup quenas-nya yang lain (warna hitam).

Pacha sedang melayani fans yang minta tandatangan-nya di CD album Love Song, 
ketika show di Mal Paris van Java (PvJ), Bandung 01 Mei 2011.

Mas Pacha, Hendry Filcozwei Jan (penulis) bersama putra ke-2 penulis Revata (Ray)

Senin, 18 April 2011

Video Aksi Panggung Pacha Chalwanka

Kurang komplet rasanya kalau bercerita soal musik, hanya menggunakan kata-kata. Penulis coba menghadirkan aksi panggung Pacha Chalwanka ke hadapan Anda.

Penulis cari di YouTube, dapatlah beberapa aksi Pacha Chalwanka. Ada yang memang rekaman aksi panggung Pacha Chalwanka, ada juga hanya berupa slide foto. Tapi yang terpenting, semuanya adalah lagu-lagu yang dimainkan dengan penuh penghayatan oleh Pacha lewat tiupan Zampoñas (Zamponyas) dan Quenas (Kenas)-nya.

Terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah upload video ke YouTube (ppaccha, denmas2006, dan reyhansi). Saya pinjam dan bagi kepada pengunjung blog ini. 

Akhir kata, selamat menikmati...


Penampilan Pacha Chalwanka di Bandung Indah Plaza (BIP) September 2010


Hotel California


Flying Condor


Immortality




Penampilan Pacha di MivoTV, silakan klik: Pacha di MivoTV

Minggu, 17 April 2011

Album Foto Pacha: Show di Berbagai Kota

Pacha Chalwanka di Tasikmalaya Plaza Asia Mall (29, 30 Januari 2011)


JCC Stand from Peru (Maret 2011)

 Margo City Mall, Depok (Januari 2010)

Margo City Mall, Depok (Mei 2010)


Pacha & D'Cinnamons (Februari 2010) di Indosiar, Jakarta


Mall Paris van Java (PvJ), Bandung (Desember 2009)


Metropolis Town Square, Tangerang (16-17 Januari 2010)



Atrium Senen, Jakarta (Mei 2010)

Pacha bersama anak-anak Kiara Karitas Montessori School (Agustus 2010)


Mall Artha Gading, Jakarta


Mal Paris van Java, Bandung, Minggu, 01 Mei 2011 (hens).
 

Central Park, Jakarta (21-22 Mei 2011)












Musik tak mengenal batas agama, ras, warna kulit, dan batas lainnya. 
Musik bahasa yang universal...

 Sindang Reret Group, Bandung (Sept 2010)
Suasana bulan Ramadhan dan Idul Fitri


Suasana Tahun Baru Imlek


Foto di kota lain segera menyusul...

Sabtu, 16 April 2011

Album Foto Pacha: Di Luar Show

Pacha sedang bersantai (keseharian Pacha tanpa pakaian tradisional seperti saat show)






Jumat, 15 April 2011

Album Foto Pacha: Dalam Kostum Show

Pacha sedang meniup Zampoñas (Zamponyas)

Pacha sedang konsentrasi meniup Quenas (Kenas), sejenis flute yang terbuat dari bambu.

Pacha "Chalwanka" Wilmer dengan "2 senjata" andalannya (Zampoñas  & Quenas), mengembara mengenalkan alat musik tiup dari pegunungan Andes itu 
ke seluruh penjuru dunia.





Trio Chalwanka 2009: Lucho, gitar (Chili), 
Pacha, Zampoñas & Quenas/ flute (Peru) serta Luis, bass (Spanyol)

Selasa, 12 April 2011

Album Foto Pacha: Yang Tersisa...

Posting ini akan diisi dengan foto sekitar Pacha Chalwanka. Namun posting ini lebih ditujukan untuk menampung foto unik, lucu, dan menarik. Ayo... siapa yang mau berpartisipasi?


* * * * * * * * * * * 


Musik memang bahasa universal. Musik bisa menembus batasan suku, agama, ras, dan perbedaan bahasa. Juga tidak mengenal batas usia.

Bagi penulis, alunan musik yang dimainkan Pacha, menenangkan jiwa, memberikan suasana tenang dan damai, serta cocok untuk musik pengantar tidur.

Anda tidak percaya? Foto di bawah ini membuktikannya! Anak kecil yang berdiri di dekat panggung ini merasa di-ninabobo-kan oleh suara quenas yang dimainkan Pacha. Dia menguap lebar. Luar biasa pengaruh musik Pacha...  :)



* * * * * * * * * * *

Duh hebatnya Om Pacha. Kalau besar, saya mau jadi pemusik ah...


Krisna, Next Pacha Chalwanka? 
Krisna,  putra Tri Agung Yudi

Minggu, 10 April 2011

Mengenal Lebih Dekat Peradaban Inca (Bagian 3)

Selama 400-an tahun kota benteng Inca itu tersembunyi di pegunungan Andes. Karena letaknya tidak pernah diketahui, kota yang megah itu dianggap satu legenda di kalangan Indian Andean.

Catatan sejarah mengenai kebudayaan Indian Andean (suku-suku Indian yang hidup di kawasan pegunungan Andes) Amerika Selatan, menyebutkan bahwa kota benteng itu dibangun saat orang-orang Spanyol menjajah daerah Inca (Peru sekarang) dan sekitarnya pada 1530-an. Namun selama berabad-abad tidak diketahui pasti keberadaannya.

Banyak ekspedisi yang dilakukan sejak tahun 1800 sampai 1900-an untuk mencari kota Inca yang hilang itu. Namun semua ekspedisi tak pernah berhasil menemukan kota benteng berjulukan Machu Picchu itu.

Ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan sudah menjelajah hampir seluruh daerah Inca dan taklukkannya. Mulai dari ibukota Inca di Cuzco sampai pedalaman lembah dan hutan yang menyelimuti area pegunungan Andes dan sekitarnya, namun semua sia-sia. Lalu orang menganggap Machu Picchu tak lebih sekadar omong kosong.

Sampai akhirnya seorang penjelajah Amerika, peneliti sejarah Amerika Selatan dari Yale University, Profesor Hiram Bingham merancang ekspedisi untuk menemukan kota Inca yang hilang itu. Ia sudah melakukan riset dan perjalanan ke beberapa daerah kebudayaan Inca dan menemukan semacam petunjuk-petunjuk mengenai keberadaan Machu Picchu (kota benteng pertahanan terakhir Inca menentang penjajahan Spanyol).

Ekspedisi itu berlangsung pada Juni 1911. Bingham mengikutsertakan 2 sejawat dan beberapa suku Indian Andean sebagai pembantunya. Mereka melakukan perjalanan panjang di sekitar lembah Urubamba yang eksotis, melintasi jalur yang belum pernah dilewati ekpedisi lainnya. Lembah luas yang tertutup hutan dan dibelah Sungai Urubamba itu terletak di wilayah selatan Peru, tak jauh dari garis luar perbatasan Cuzco.

Ekpedisi berminggu-minggu itu sudah diambang kegagalan karena tak juga berhasil mendapat petunjuk jelas tentang letak kota yang hilang itu. Pada Juli 1911 di pagi yang berhujan, seluruh tim meminta Bingham untuk menutup ekspedisi itu.

Namun di tengah keputusasaan, titik terang muncul dari seorang pemilik “penginapan” kecil terpencil di lembah Urubamba. Ia menunjukkan satu lokasi puing-puing Inca lama yang berada di seberang sungai Urubamba, tak jauh dari puncak Machu Picchu dan Huayna Picchu. Kedua gunung itu sangat terjal dan bercadas dan tampak begitu sangar.

Bingham kemudian mengajak si pemilik penginapan untuk meninjau lokasi yang dimaksud. Berdua dengan perbekalan yang dipanggul "lama" (sejenis unta Andes), mereka menyeberangi Sungai Urubamba dan mencapai lokasi yang dimaksud. Di situ Bingham menemukan jejak sangat samar yang mengarah ke gunung setinggi 2.350 meter.

Saat beristirahat, Bingham bertemu dua orang Indian. Setelah beramah tamah dan minum bersama, kedua Indian memberitahunya bahwa tak jauh di depan ada satu tikungan menuju area kebun bertingkat kuno yang dikungkung tembok batu tersamar tanaman perdu.

Setengah percaya, Bingham bergegas menelusuri rute yang ditunjuk kedua Indian itu. Ditelusurinya jalur tingkungan yang mendaki dan Hiram Bingham terperanjat bukan kepalang. Nun di atas sana ia melihat jajaran petak-petak batu, benteng dan bangunan yang terbuat dari marmer dalam area yang cukup luas.

Terhampar di dataran yang dijepit dua puncak gunung (saddle area). Ia senang luar biasa dan mendekati kompleks bangunan tua itu. Ternyata ia telah berhasil menemukan kota Inca yang hilang!

Penaklukan Kerajaan Inca
Francisco Pizarro, dikenal sebagai penakluk kerajaan Inca. Ia yang bertanggung jawab atas tragedi pembunuhan Raja Atahualpa, dan satu-satunya penyandera yang mendapat tebusan paling mahal dalam sejarah.

Pizarro sebelumnya bekerja pada penakluk asal Spanyol Alonso de Ojeda selama dalam ekspedisinya ke Colombia pada 1510. Lalu bersama Vasco Nunez de Balboa, si penemu Samudra Pasifik pada 1513.

Dari pengalamannya ia mengetahui ada peradaban Inca di Amerika Selatan. Istimewanya suku Inca ini kabarnya sangat kaya dan menyimpan banyak harta. Bersama rekannya Diego de Almagro ia membentuk aliansi. Dan melakukan ekspedisi ke Amerika Selatan pada 1524.

Ekspedisi pertama ini hanya menjelajah sejauh tempat yang kini bernama Equador. Namun pada ekspedisi kedua mereka mencapai lebih jauh dan menemukan bukti-bukti akan keberadaan kerajaan Inca.

Dengan bantuan Kaisar Charles V, dan jaminan bahwa ia akan mendapatkan mayoritas keuntungan di masa depan dari ekspedisinya itu, maka Pizarro berlayar ke Peru dan mendarat di Tumbes pada 1532. Dia memimpin pasukannya ke Pegunungan Andes menuju kota Inca bernama Cajamarca dan di sana menemui penguasa Inca bernama Atahualpa.

Berhasil mendekati Atahualpa yang baru saja memenangkan perang perluasan wilayah dalam kerajaan Inca terbesar, Pizzaro langsung mendapatkan kepercayaan dari sang raja. Namun dengan liciknya Pizarro menangkap Atahualpa dan meminta tebusan untuk nyawa sang raja.

Atahualpa bersedia memenuhi tuntutannya berupa satu ruangan yang dipenuhi dengan emas permata dan satu ruangan lain berisi perak. Tebusan ini diterima Pizarro dengan gembira. Setelah seluruh harta itu diangkut ke Spanyol dan sebagaian dimilikinya, Pizarro dengan tipu muslihat kembali menuduh Atahualpa melakukan kejahatan. Dan ia membunuh sang raja.

Dalam keadan chaos dan perebutan kekuasaan di wilayah Inca yang luas, Pizarro dan pasukannya akhirnya berhasil menaklukkan seluruh Peru. Pada 1533 pertahanan Inca berakhir dengan jatuhnya ibukkota Cuzco ke tangan Spanyol.

Sisa-sisa orang Inca yang tak mau takluk pada Francisco Pizarro melarikan diri ke pedalaman dan mendaki pegunungan Andes. Mereka kemudian membentuk komunitas dan membangun benteng sekaligus kota megah di suatu tempat yang kemudian dikenal sebagai Machu Picchu.

Machu Picchu sendiri dibangun sekitar tahun 1460-an oleh Pachacuti Inca Yupanqui, seorang penguasa Inca. Digunakan sebagai bangunan pemujaan terhadap dewa-dewa Inca dan tempat pengasingan.

Setelah Pachacuti mangkat, penguasa baru mengambil alih wilayahnya. Dan bangunan Machu Picchu terlupakan dan akhirnya terbengkalai. Sampai akhirnya kembali digunakan para pelarian Inca sebagai benteng terakhir mereka.

Awal dan Akhir Kerajaan Inca
Orang-orang Inca adalah suku yang keras. Mereka menjadi penguasa wilayah Andes sebelum ditaklukkan penjelajah Spanyol.

Inca mengawali sejarah peradabannya di wilayah Cuzco sekitar abad ke-12. Di bawah kepemimpinan Manco Capac, suku Inca membangun kota negara kecil Cuzco (Quechua). Dari wilayah ini mereka melebarkan sayap, meluaskan wilayah ke area-area sekitarnya di daratan Andes.

Pada tahun 1438, Inca tumbuh semakin kuat dan memulai ekpansi militer di bawah komando Sapa Inca (Panglima Tinggi) Pachacuti. Dalam waktu singkat wilayah suku lain di sekitar Cuzco ditaklukkan dan disatukan dalam kekuasaan Inca.

Pachacuti kemudian mereorganisasi kerajaan Cuzco menjadi imperium Tahuantinsuyu dengan sistem feodal. Pemerintahan terpusat yang membagi seluruh wilayah kekuasaan Inca menjadi empat provinsi.

Ditunjuk empat gubernur yakni Chinchasayu (wilayah barat laut), Antisuyu (wilayah timur laut), Contiyusu (wilayah barat daya) dan Collasuyu (wilayah tenggara).

Untuk kepentingan keluarga kerjaan, Pachacuti membangun Machu Picchu, sebagai “villa” keluarga kerjaan dan tempat pemujaan di lokasi terpencil di pegunungan.

Pachacuti mengatur Imperium Inca dan mengirimkan mata-mata ke semua wilayah di luar kekuasaannya untuk mendapatkan data intelijen tentang politik, militer, dan informasi lainnya.

Ia mengirimkan pesan kepada negara tetangga untuk bersatu di bawah Imperium Inca agar seluruh Indian Andean (suku-suku Indian di Andes dan sekitarnya) menjadi lebih kuat dan kaya raya. Sebagian kerajaan tetangga setuju untuk bersatu dengannya dalam damai.

Imperium Inca semakin luas dan besar. Pachacuti dan anaknya Tupac Inca selaku Panglima Militer pada tahun 1463-an melakukan ekspansi ke utara. Saat Pachacuti wafat (1471), Tupac Inca melanjutkan eskpansi militer tersebut dan menaklukkan kerajaan Chimor, musuh besar Inca di pantai Peru. Serdadu Ekspedisi Tupac Inca terus merangsek ke utara dan menguasai wilayah Equador dan Kolombia (yang sekarang).

Ekspansi militer kemudian diteruskan anaknya Huayna Capac ke wilayah selatan. Ia berhasil menundukkan seluruh Peru, Bolivia, terus ke Chili dan sebagian Argentina. Sejak itu Inca menjadi benar-benar luas, besar, terorganisir dan kaya raya. Semua pendapatan dihitung dalam persentase lalu dengan sistem pajak dan bagi hasil dibagi kepada wilayah-wilayah sekutu.

Namun perselisihan antara provinsi mulai terjadi dan intrik-intrik perebutan kekuasaan pecah secara tertutup maupun terbuka. Sampai Imperium Inca mulai merapuh secara politik dan militer, akhirnya seratusan tentara ekspedisi Spanyol mendarat.

Dengan tipu daya dan persenjataan modern memanfaatkan kekacauan dan menaklukkan seluruh Inca dengan mudah sejak 1530-an. Perang habis-habisan melawan Spanyol dipimpin raja Inca terakhir Tupac Amaru pada 1571. Benteng pertahanan Inca runtuh dan semua tentara Inca yang tersisa dibantai. Inilah akhir Imperium Inca.

habis 

Bagian 1, silakan klik: bagian 1
Bagian 2, silakan klik: bagian 2

Sabtu, 09 April 2011

Mengenal Lebih Dekat Peradaban Inca (Bagian 2)

Bangsa Inca memberi nama imperium mereka dengan nama “Land of the four quarters” atau dikenal juga Tahuantinsuyu Empire. Membentang sejauh 2.500 mil melewati gunung Andrean dari Colombia ke Chile dan mencapai bagian timur. Dan bagian barat dari gurun pinggir pantai yang kering yang disebut dengan Atacama sampai ke hutan hujan Amazon.

Bangsa Inca menguasai Gunung Andrean Cordillera yang merupakan gunung tertinggi dan berbahaya kedua setelah Himalaya. Kehidupan masyarakat terdapat pada ketinggian 15.000 kaki sedangkan kehidupan ritualnya terdapat pada ketinggian 22.057 kaki, tempat sekarang ditemukannya situs keagamaan bangsa Inca.

Jalan-jalan di gunung dan panggung upacara keagamaan dibangun dan memerlukan waktu yang lama untuk mengangkut tanah, batu dan rumput ke tempat yang sangat tinggi itu.

Walaupun dengan menggunakan pakaian dan perlengkapan gunung terbaru sekarang ini, akan sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan cuaca dingin dan dehidrasi pada ketinggian yang seperti ini yang ternyata mampu diatasi oleh bangsa Inca.

Kemampuan untuk bisa membawa barang-barang ke tempat yang sangat tinggi ini sampai saat ini masih membingungkan para ahli.

Imperium Inca merupakan kerajaan yang mempunyai negara sendiri dengan daerah yang paling besar di belahan barat dunia ini. Kekayaan dari orang-orang Inca legendaris ini telah memikat banyak antropolog dan arkeolog ke negara/ Gunung Andrean untuk mengetahui keahlian bangsa Inca dan penyebab kehancurannya.

Bangsa Inca mempunyai sistem jalan yang luar biasa. Satu jalan mampu melewati semua pantai South American Pacific. Jalanan itu membutuhkan teknik dan arsitektur yang luar biasa untuk bisa dibangun mengingat bangsa Inca tinggal di atas Gunung Andrean.

Di pesisir pantai, jalanan yang ada tidak terlihat di permukaan dan ditandai hanya dengan batang pohon. Bangsa Inca meratakan jalan mereka dengan menggunakan batu yang datar dan membangun dinding batu agar para pejalan tidak terjatuh dari tebing.

Merujuk pada kemampuan jalannya yang bisa digunakan pada semua musim, 14.000 mil jalan bangsa Inca merupakan suatu hal yang mengherankan dan merupakan perintis yang dapat dipercaya bagi kehadiran automobile dewasa ini.

Komunikasi dan transportasi sangat efisien dan cepat, menghubungkan orang-orang yang tinggal diatas pegunungan dan penduduk dataran rendah lainnya dengan pusat kota Cuzco.

Material bangunan dan arak-arakan upacara yang sudah berlangsung ribuan tahun melalui jalanan itu sampai saat ini masih bisa kita lihat dengan kondisi yang sangat bagus. Jalanan itu dibangun agar mampu bertahan terhadap cuaca yang sangat ekstrem, badai, banjir, kekeringan dan hujan es.

Sistem jalanannya melewati lembah yang dalam dan gunung yang tinggi, gundukan salju, rawa, batuan yang dinamis, sungai dengan arus yang kuat, pada beberapa bagian jalanannya terlihat halus dan rata.

Di mana-mana jalanannya terlihat bersih dan terjaga dari bermacam sampah dilengkapi dengan adanya pondok-pondok kecil, gudang penyimpanan, kuil yang menghadap matahari dan pos penjagaan di sepanjang jalan itu.

Bangsa Inca tidak menemukan roda, sehingga semua pekerjaan dikerjakan dengan menggunakan bantuan kaki. Untuk membantu para pejalan, pondok istirahat dibangun di setiap beberapa kilometer. Di pondok ini mereka bisa menginap, memasak makanan ataupun beristirahat sejenak.

Jembatan merupakan satu-satunya cara mereka melewati sungai. Jika ada salah satu jembatan yang rusak, maka seluruh system jalan akan kacau. Jika ada salah satu jalan yang rusak, maka penduduk setempat akan secepat mungkin memperbaikinya.

Masyarakat
Masyarakat Inca terdiri dari Ayllus yaitu kumpulan sekelompok suku/clan yang hidup dan bekerja bersama-sama. Setiap Ayllus dipimpin oleh seorang Curaca atau kepala. Setiap keluarga hidup di rumah yang terbuat dari batu dan beratapkan jerami.

Kentang merupakan makanan pokok bangsa Inca. Kekaisaran Inca menggunakan baju yang terbuat dari Alpaca dan banyak dari upacara keagamaan mereka yang melibatkan binatang. Mereka menggunakan sandal sebagai alas kaki mereka.

Dalam struktur sosial Inca, sang penguasa Sapa Inca dan istrinya The Coyas memiliki kekuasaan yang tak terbatas terhadap seluruh daerah kekuasaannya. Kemudian dibawahnya baru pendeta agung dan kepala komandan semua pasukan.

Kemudian di bawahnya lagi ada 4 apus yang merupakan komandan pasukan di daerah. Kemudian baru pendeta di daerah, arsitek, administrator dan para tentara. Kemudian baru tukang batu, pemusik, dan akuntan. Dan derajat paling rendah adalah dukun, petani, pengembala, dan hansip.

Struktur masyarakat Inca bertahan seperti ini selama ratusan tahun. Kemunculan orang asing berkulit terang/ putih semasa pemerintahan Atahuallapa merupakan satu-satunya perubahan yang terjadi dalam sejarah Inca.

Wabah mematikan akhirnya melenyapkan kekaisaran Inca. Sebagian yang selamat akhirnya harus berhadapan dengan pedang dan meriam bangsa Spanyol yang kemudian datang menjajah setelah terlebih dahulu menunjukkan tempat penyimpanan emas mereka. Raja Atahualpa juga terbunuh akibat dicekik oleh bangsa Spanyol.

Agama
Mereka percaya semua dewa yang ada itu diciptakan oleh sesuatu yang abadi, tidak nampak dan mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat yaitu Tuhannya para Dewa yang dikenal dengan nama Wiraqocha atau Dewa Matahari. Raja bangsa Inca dianggap sebagai Sapan Intiq Churin, satu-satunya anak Matahari.

Bangsa Inca adalah bangsa yang sangat religius. Mereka takut kalau setan bisa datang kapan saja. Ahli sihir menduduki posisi yang tinggi dalam masyarakat karena dianggap sebagai pelindung dari roh jahat.

Mereka juga percaya dengan reinkarnasi, menyimpan potongan-potongan kuku mereka dan juga potongan rambut mereka dengan anggapan roh yang kembali akan membutuhkannya.

Kehidupan religius bangsa Inca ini tersimpan di tengah-tengah hutan yang dikenal dengan nama Sacsayhuaman. Di situlah terdapat Cuzco. “The Naval of The World”, rumahnya Raja Bangsa Inca dan tempat terletaknya Kuil Agung Matahari. Di tempat inilah kekayaan bangsa Inca dengan mudah dapat ditemukan sebagai bukti keberadaan mereka. Dengan gedung-gedung yang indah, didekorasi dengan emas dan perak.

Bangsa Inca menyembah Dewi Bumi Pachamama dan Dewa Matahari The Inti. Raja Inca, penguasa kekaisaran Inca dianggap sebagai orang suci dan merupakan anak dari Dewa Matahari. Dalam legenda Inca disebutkan bahwa Dewa Matahari mengirim anaknya Manco Capac dan Mama Ocillo untuk menemukan Cuzco, kota suci dan ibukota dari Imperium Inca.

bersambung ke: bagian 3

bagian 1, silakan klik: bagian 1